MTs Ma'arif Jumo

Madrasahe Keren, Ora Ninggal Pesantren

Sejarah MTs Ma’arif Jumo

Mts 2010

DARI MAJELIS TA’LIM MENJADI MADRASAH BESAR

Keberadaan MTs Ma’arif Jumo tidak lepas dari keberadaan Majelis Ta’lim Kitab Al Bukhori yang belakangan kemudian dikenal sebagai Jama’ah Bukharen. Keberadaan Jama’ah Bukhoren ini telah diketahui sejak sekitar tahun 1980-an.

Mayoritas penduduk kecamatam Jumo di era 80-an itu bermatapencaharian sebagai petani–padi, tembakau, sayuran, kopi dan cengkeh. Pada suatu massa, menjelang berdirinya Majelis Ta’lim Kitab Al Bukhori di wilayah selatan kecamatan Jumo terjadi wabah; serangan hama pada tanaman padi. Sawah-sawah yang membentang luas sepanjang Ngadirejo-Jumo habis tak tersisa dimakan ribuan tikus. Praktis, wabah hama tikus itu menyebabkan terjadinya paceklik yang berkepanjangan.

Keadaan yang demikian tersebut membuat tokoh-tokoh islam–terutama kaum Nahdliyin–menjadi sangat prihatin. Oleh karena itu para tokoh agama mengutus K. Mukhtadi dari Desa Sukomarto untuk meminta petunjuk KH.Siroj, kyai karismatik yang tinggal di Magelang.

KH.Siroj kemudian memberi petunjuk agar K.Muhtadi menghadap KH.Ilyas, yang tinggal Dusun Kalipahing Ngadisepi, untuk meminta amalan bagaimana mengatasi hama tikus yang melanda wilayah Kecamatan Jumo bagian selatan tersebut. Singkat cerita, KH.Ilyas kemudian memberikan amalan agar setiap selapan sekali penduduk setempat mengadakan mujahadah dengan membaca kitab al Bukhari. Setelah bermusyawarah, lalu dipilihlah Ahad Pahing sebagai hari dimana kegiatan selapanan Mujahadah Pembacaan Kitab Al Bukhari akan dilakukan. Alasan dipilihnya hari Ahad yaitu agar tokoh-tokoh agama–yang jumlahnya cukup banyak–yang bekerja sebagai penghulu dan berstatus PNS di Departemen Agama maupun guru-guru agama di madrasah dan sekolah dapat mengikuti kegiatan tersebut.

           Sejak saat itulah Majelis Ta’lim Kitab al Bukhari mulai ada dengan kegiatan utama mujahadah membaca kitab al Bukhari. Dan atas izin Allah dengan mujahadah tersebut hama tikus yang menyerang wilayah kecamatan Jumo dapat hilang. Walaupun hama tikus telah hilang namun para tokoh agama tetap meneruskan kegiatan tersebut dengan fokus kegiatan disamping mujahadah tetap dilestarikan, yang tidak kalah penting sebagai media mengkaji ilmu agama dalam rangka memelihara amalan aqidah islam ahlussunah wal jama’ah. Selain itu majelis ta’lim ini sebagai media komunikasi dan silaturahmi antar tokoh agama islam se kecamatan Jumo. Tokoh-tokoh agama islam kecamatan Jumo yang menjadi tokoh pendiri Majelis Ta’lim Kitab Al Bukhari adalah :

%d bloggers like this: